Sabtu, 20 Februari 2016

Perjalanan Berliku Nan Terjal Menuju Formula 1

Assalamualaium wr.wb

Sebelumnya saya akan perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya adalah Chandra Dwi Anggoro, lahir di Jakarta, 28 September 2000 dan sekarang sedang duduk di bangku SMA. Sejak saya kecil atau masih sebagai bocah Taman Kanak – Kanak , lebih tepatnya saat Formula 1 disiarkan di tv swasta Global TV atau TPI, saya sedikit lupa, saya sudah menonton balapan – balapan menegangkan bak pertarungan gladiator hanya saja kali ini di lintasan balap. Nama – nama seperti Michael  Schumacher, Kimi Raikkonen, Fernando Alonso, dan Juan Pablo Montoya sudah tidak asing saya dengar.

Banyak orang yang mengatakan bahwa Formula 1 adalah ajang balap mobil paling bergengsi di dunia. Sejujurnya saya berpendapat demikian. Banyak pembalap – pembalap di seluruh dunia yang ingin berkompetisi di ajang Formula 1, tapi hanya ada 20 sampai 22 pembalap saja yang dapat berkompetisi di ajang tersebut setiap musimnya. Sengit memang. Selain dibutuhkan kemampuan yang ‘lebih’, faktor finansial sangat vital untuk berkompetisi di ajang jet darat itu. Sebut saja Michael Schumacher, dia  adalah pembalap paling sukses di Formula 1, bagaimana tidak, dia berhasil merengkuh 7 kali gelar juara dunia, 5 diantaranya diraih beruturut – turut. Tetapi sebelum ia banyak di elu – elukan banyak orang, Schumi (panggilan akrab Schumacher) pun harus berjuang keras menembus Formula 1. Tanpa didukung oleh sponsor yang memadai, mungkin kita tidak bisa menyaksikan kehebatan Schumacher dalam menyalip lawan – lawannya di lintasan.

Berbicara mengenai Schumacher, saat saya masih kecil saya ingat betul bahwa Schumi sering sekali memenangi balapan, dan meraih podium. Mata saya seolah tersihir oleh aksi – aksi yang dilakukan Schumi saat balapan. Pemikiran seorang bocah saat itu memang masih sempit.  Schumi pun sukses mencuri hati banyak orang tidak terkecuali saya. Saya menjadikan Michael Schumacher sebagai idola masa kecil, bahkan sampai sekarang. Warna merah yang identik dengan Ferarri, tim yang dibela Schumi saat itu banyak menghiasi rumah saya. Poster – poster Schumi menempel di dinding – dinding rumah. Bahkan saat itu, saya pun terobsesi menjadi seorang pembalap, pembalap Formula 1. Saya mempunyai banyak mainan mobil, saya sering berkhayal ada balapan Formula 1 dirumah saya dengan mainan – mainan mobil tersebut. Saat itu sedang booming mainan mobil remote control atau biasa disebut RC. Teman – teman saya saat itu banyak yang mempunyai RC dalam bentuk mobil  rally atau NASCAR. Saya pun meminta kepada kedua orang tua saya untuk dibelikan sebuah mobil remote control. Saat di toko mainan, banyak sekali variasi RC yang ada. Entah kenapa, mata saya hanya tertuju pada satu mobil. Mobil formula yang berwarna merah, mirip seperti mobil yang dikendarai idola saya Michael Schumacher. Tanpa berpikir lagi, saya pun memutuskan untuk membeli RC itu.

Ketika saya bermain dengan teman – teman di lapangan, beberapa kali saya memenanginya. Saya pun menamai mobil tersebut dengan nama ‘Shumacher’. Setelah beberapa kali memenangi balapan dengan teman – teman saya, ada suatu momen yang membuat saya sangat sedih. Saat balapan di lapangan, ‘Schumacher’ dengan kecepatan tinggi untuk mobil remote control  akan melewati tikungan, saat saya ingin berbelok entah kenapa ‘Schumacher’ tidak bisa berbelok. Akhirnya, ‘Schumacher’ pun harus menabrak sebuah dinding dengan cukup keras. Saya pun langsung mendekati ‘Schumacher’ untuk memeriksa keadaannya. Saat itu, saya melihat kondisi luar ‘Schumacher’ tidak terlalu rusak parah, hanya ada lecet di beberapa bagian. Kemudian saya mencoba untuk menjalankannya lagi, entah kenapa ‘Schumacher’ tidak mau jalan. Saya coba lagi, namun tetap sama. Saya pun sedih dan hampir menangis saat itu, saya tidak menangis karena ada teman – teman saya disana, mungkin akan lain cerita jika tidak ada teman – teman saya. Saya pun pulang dengan membawa ‘Schumacher’, saya mengatakan kepada Ayah saya mengenai insiden itu, dan Ayah saya coba memperbaikinya namun tetap tidak bisa. Setelah itu saya hanya memajang ‘Schumacher’ di rumah dan tidak pernah memainkannya lagi. Pernah saya ditawari oleh orang tua saya untuk dibelikan RC yang baru namun saya menolak. Sampai saat inipun, ‘Schumacher’ masih saya simpan sebagi kenangan masa kecil meskipun sudah sedikit usang.



Penampilan 'Schumacher' saat ini


Setiap kali di hari Minggu ada balapan Formula 1, saya hampir tidak pernah melewatkannya. Menonton Formula 1 dengan Ayah saya melalui layar televisi. Bahkan ketika saya beranjak ke Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, saya masih menyaksikan di layar tv. Saat itu ada juga kompetisi A1 Grand Prix yang disiarkan di GlobalTV, dan ada salah satu pembalap Indonesia disana yaitu Ananda Mikola tahun 2006 kalau tidak salah. Saya cukup terkejut saat itu, karena ada pembalap Indonesia di ajang A1 Grand Prix, saya yang masih bocah kala itu berpikir bahwa A1 Grand Prix sekelas atau sama dengan Formula 1. Tapi kenyataanya berbeda. A1 Grand Prix adalah semacam piala dunia balap mobil. Semenjak saya mengetahui itu, saya berpikir dan pertanyaan ‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ selalu terngiang di kepala saya.

Tahun demi tahun berlalu. Tahun 2009, Ayah saya membeli koran TopSkor, saya pun tertarik membacanya karena saya juga fanatik dengan sepak bola. Saat itu saya membaca ada seorang pembalap Indonesia yang wajahnya seperti orang China bernama Rio Haryanto. Pada artikel tersebut, dituliskan bahwa Rio sedang berkompetisi di ajang Formula BMW Pacific. Saat itu pun saya tidak mengikuti karir seorang Rio Haryanto. 







Rio Saat Menjuarai Balapan di Formula BMW Pacific 2009


Tahun 2010, saat saya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, saya menyaksikan salah satu program bernama ‘Lensa Olahraga’ di ANTV. Sambil sarapan saya menyimak dari layar televisi, ada berita mengenai pembalap yang namanya pernah saya dengar di tahun 2009, Rio Haryanto. Saat itu saya sangat terkejut, isi berita tersebut intinya Rio Haryanto menjalani uji coba mobil Formula 1 di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi. Saya sangat terkejut. Ada orang Indonesia yang mengendarai mobil Formula 1. Pembalap yang saya ketahui namanya tahun 2009 itu yang mengendarainya. Hebat betul pembalap ini. Pertanyaan ‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ terus menguat di pikiran saya.






Kemenangan Pertama Rio Haryanto Pada Ajang GP3 Series 2010







Uji Coba Formula 1 Bersama Tim Virgin Racing di Yas Marina, Abu Dhabi 2010



Di tahun 2011, saya kembali mendengar berita mengenai Rio Haryanto. Saya menyaksikan program Kick Andy di Metro TV dan saat itu Rio Haryanto menjadi narasumber. Rio Haryanto 2 kali memenangi balapan di ajang GP3 Series, dengan kondisi hujan. Itu meningatkan saya dengan Michael Schumacher yang juga jago balapan di lintasan basah. Wah, gila banget nih pembalap di trek basah, make ban kering, juara lagi. Di acara Kick Andy itu juga, Rio Haryanto sangat senang berbagi dengan anak – anak kurang mampu. Rio megatakan apabila ia sukses di Formula 1, dia ingin membuat sebuah foundation. Wah hebat banget ini orang, mau jadi pembalap F1. Bisa gak ya? Di acara Kick Andy, Rio juga menuturkan bahwa saat ia memenangi balapan pada GP3 Series tahun 2010 di Turki, pihak panitia tidak menyediakan bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  Podium delay cukup lama karena pihak panitia mencoba mencari solusi tentang hal tersebut. Setelah cukup lama delay, podium pun dilaksanakan tapi dengan bendera negara Polandia yang dibalik dan lagu Indonesia Raya yang diambil dari situs YouTube. Pada balapan di Inggris pada GP3 Series 2010 itu juga Rio meraih podium kedua dibelakang Esteban Gutierrez (pembalap Haas F1 Team). Pihak panitia balapan seakan tidak percaya terhadap kemampuan Rio yang mampu menempel ketat Gutierrez. Rio dianggap melakukan kecurangan, alhasil mobil yang digunakan Rio setelah balapan dibongkar habis – habisan, dan setelah dibongkar ternyata tidak ditemukan kecurangan. Mobil pun dirakit kembali, namun pada balapan kedua Rio gagal finish karena mobilnya tidak dalam keadaan bagus setelah dibongkar oleh pihak panitia lomba.







Meraih Penghargaan 'Best Win of The Year' GP3 Series Pada Balapan di Nurgburgring, 2011




Berada di Podium Tertinggi Ajang AutoGP, Valencia 2011




Ke tahun 2012, saya kembali mendengar beritanya lagi. Kali ini ia kembali menjalani uji coba mobil Formula 1 untuk kedua kalinya di sirkuit Silverstone, Inggris. Orang ini dua kali uji coba F1, berarti dia jago dong.





Berselebrasi Setelah Meraih Pole Position di Ajang GP2 Series, Belgia 2012






Uji Coba Formula 1 Bersama Tim Marussia di Silverstone, Inggris 2012



Lalu saya tidak mendengar beritanya lagi sampai di bulan Juni 2013. Saat itu saya mengetahui informasi bahwa Rio Haryanto meraih podum kedua pada ajang GP2 Series, di sirkuit Silberstone, Inggris. Saat itu saya tidak tahu apa – apa tentang ajang GP2 Series. Kemudain saya menelusurinya dan akhirnya saya pun tahu. GP2 Series merupakan sebuah kompetisi balap mobil yang satu tingkat di bawah ajang Formula 1. Banyak jebolan – jebolan GP2 Series yang naik kelas ke Formula 1, sebut saja Lewis Hamilton, Nico Rosberg, dan Nico Hulkenberg. Rio menjadi orang Indonesia pertama yang berkompetisi dan meraih podium di ajang tersebut. Semenjak saat itu saya mulai mengikuti dengan serius perjalanan Rio Haryanto. Sayang, di tahun tersebut, Rio kurang mampu bersinar setelah hanya mampu finish di urutan 19 klasemen akhir.






Podium Pertama Rio Pada Ajang GP2 Series di Silverstone, Inggris 2013


Karena meraih hasil yang kurang bagus, Rio pun memutuskan pindah tim. Ia pindah ke tim Caterham untuk musim 2014, karena Caterham saat itu juga mempuyai tim di Formula 1. Di tes pra musim, Rio tampi menjajikan. Beberapa kali ia menjadi yang tercepat. Di seri pertama di Bahrain, Rio start dari posisi 4 namun sayang ia melorot ke posisi 16. Ia mendapat poin pertamanya saat meraih posisi kelima pada balapan di Spanyol. Setelah itu ia meraih podium ketiga pada balapan di Monako. Cukup lama untuk mendapat poin lagi, akhirnya di seri terakhir di Abu Dhabi, ia meraih 1 poin di balapan tersebut. Menyelesaikan musim di urutan ke 15 klasemen. Rio pun mendapat kesempatan uji coba Formula 1 untuk ketiga kalinya, kali ini bersama tim Caterham F1 di sirkuit Silverstone. Namun sayang, karena mobil yang tadinya akan digunakan Rio mengalami kerusakan, akhirnya Rio gagal menjalani uji coba. Pada tahun itu, saya juga berkesempatan bertemu dengan Rio Haryanto di acara International Indonesia Motor Show. Baca selengkapnya disini.




Meraih Tempat Ketiga di Monako, 2014



Di 2015, Rio memutuskan bertahan di ajang GP2 Series. Ia kembali berganti tim, kali ini ke tim Campos, yang dimiliki oleh Adrian Campos mantan pembalap Formula 1. Di tes pra musim, Rio selalu masuk 10 besar. Saya pun percaya bahwa Rio bisa bersinar di tahun ini. Benar saja, di seri  pertama di Bahrain, Rio tampil apik di sesi latihan bebas. Sayang, di kualifikasi Rio melorot ke posisi 12, namun di balapan pertama Rio menggila. Dari posisi 12 ia finish di posisi 2. Keesokan harinya, Rio memenangi balapan dari posisi 7 yang merupakan kemenangan pertamanya di ajang GP2 Series. Rio pun memangi balapan di Austria dan Inggris, meraih podium kedua di Rusia dan stabil meraih poin kecuali di Monako, Italia, dan Belgia. Rio hanya sekali gagal finish di musim itu. Rio mengakhiri musim di urutan 4 klasemen, hasil terbaik yang diraih Rio selama di ajang GP2 Series. 







Indonesia Raya Berkumandang di Silverstone, Inggris 2015




3 Kemenangan Rio Haryanto di GP2 Series 2015


Setelah ia memenangi balapan di Inggris, Rio mengatakan ia dilirik 3 tim Formula 1. Wah, 3 tim. Ketiga tim tersebut diketahui kemudian yaitu Force India, Sauber, dan Manor. Saat itu Rio ingin naik kelas ke Formula 1 2016. Karena terlambat, Rio gagal dikontrak Sauber dan Force India. Karena kedua tim tersebut meminta dana yang cukup besar. Rio pun bertemu dengan Presiden RI, bapak Joko Widodo untuk meminta dukungan. Presiden menginstruksikan Menpora dan Menteri BUMN untuk membantu Rio.





Mendapat Dukungan Dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo






Rio Bersama Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi




Di akhir musim, Rio mendapat kesempatan untuk menjalani uji coba ban Pirelli bersama tim Manor di Abu Dhabi. Setelah menjalani uji coba, tim Manor menyodorkan kontrak kepada manajemen Rio. Namun, Rio harus menyetorkan biaya sebesar 15 juta Euro atau sekitar Rp223 milliar untuk biaya operasional tim selama semusim. Rio dan manajemennya berburu sponsor dan terus menemui Menpora terkait dukungan. Menpora pun mengirimkan surat jaminan yang ditanda tangani langsung oleh Imam Nahrawi tentang menjamin kepastian Rio berlaga di Formula 1. Sponsor utama Rio, Pertamina pun memberikan bantuan dana sebesar 5,2 juta Euro.





Uji Coba Formula 1 Ketiga Kali Untuk Rio, Bersama Tim Manor di Yas Marina, Abu Dhabi


Manor memberikan toleransi kepada Rio untuk membayar dengan cara di cicil, dan memberikan deadline hingga akhir November. Deadline sudah terlewat namun Manor masih memberikan toleransi. Hingga pada akhir Desember, Rio meneken kontrak dengan Manor, lalu memnunggu verifikasi FIA. Rio menunggu kepastian berlaga di ajang Formula 1. Pesaing – pesaing Rio Haryanto pun begitu. Pascal Wehrlein, Alexander Rossi, dan Will Stevens adalah nama yang disebut sebagai saingan Rio untuk merebut tempat di tim Manor. Kemenpora pun membuat keputusan untuk menggelontorkan dana sebesar Rp100 milliar melalui KONI untuk Rio Haryanto. Namun, dana tersebut menggunakan APBN dan harus disetujui oleh DPR. Itupun menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat menilai bahwa dana tersebut terlalu besar untuk seorang Rio Haryanto bergabung dengan tim papan bawah Formula 1. Perlu diketahui bahwa mulai musim 2016, tim Manor akan menggunakan mesin Mercedes dan sistem elektronik dari tim Williams, serta mendatangkan orang – orang yang sudah berpengalaman macam Pat Fry.  Padahal dan tersebut tidak terlalu besar, karena itu untuk keperluan tim selama satu musim untuk mengembangkan mobil. Bahkan tim papan atas macam Mercedes mengeluarkan uang lebih banyak dari tim Manor untuk terus mengembangkan mobil. Semakin banyak dan yang ada, mobil akan semakin baik. Rio dan manajemen pun pontang panting mencari sponsor dan menemui pengusaha seperti Aburizal Bakrie dan Sandiaga Una. Bukan hanya manajemen Rio, fans Rio yang disebut ‘Sahabat Rio’ juga turut menggalang dana atau dikenal dengan istilah crowdfunding sebagai langkah nyata untuk mendukung Rio Haryanto melalui situs kitabisa.com/IndonesiaF1 . Pada 10 Februari 2016, Manor mengumumkan bahwa Pascal Wehrlein meraih satu tempat di tim mereka. Persaingan antara Stevens, Rossi, dan Rio pun semakin ketat. Rio pun semakin harap – harap cemas akan kepastiannya berlaga di Formula 1. Pada 11 Februari 2016, CEO Manor, Stephen Fitzpatrick menyambangi Indonesia untuk melihat dukungan Pemerintah Indonesia kepada Rio. Pada 17 Februari 2016, media Inggris menyebut bahwa Will Stevens tidak akan berlaga di Formula 1. Rio pun sudah menyetorkan DP sebesar 3 juta Euro kepada Manor Racing.

Pada tanggal 18 Februari 2016, Pertamina mengadakan jumpa pers di kantor pusat. Ketika saya sedang membuka Twitter, saya melihat tweet dari akun Twitter resmi Manor Racing dan Formula 1.








Saya pun sangat terkejut dan menangis bahagia. Rio Haryanto mengukir sejarah sebagai pembalap Indonesia pertama yang berkompetisi di ajang Formula 1. Pembalap Formula 1 dari Asia Tenggara yang ketiga, dan satu – satunya pembalap Asia untuk Formula 1 2016. Putra Indonesia berhasil menembus Formula 1. Akhirnya penantian panjang Indonesia, termasuk saya berakhir. Pertanyaan ‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ yang dari kecil sampai sekarang terngiang di kepala saya pun sudah terjawab jelas. Kamis, 18 Februari 2016 adalah jawabannya, dan jawaban itu bisa terjawab karena Rio Haryanto serta dukungan dari Pemerintah, sponsor, keluarga, fans dan seluruh masyarakat Indonesia. Rio akan tampi penuh semusim dengan menggunakan nomor mobil 88. Nomor yang sama saat Rio menjuari Formula BMW Pacific di tahun 2009.


Rio Haryanto menggegerkan media, tidak hanya media massa dalam negeri tetapi juga media luar negeri. Orang – orang asing pun bertanya – tanya heran siapa sebenarnya Rio Haryanto. Rio sangat relgius. Sebelum balapan ia selalu membaca ayat kursi. Bahkan ayat kursi ditempelkan di dalam kokpit mobil Rio.




Selain itu Rio juga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Itu dibuktikan dengan adanya lambang Garuda Pancasila pada helm yang dikenakan Rio dan Rio mencium bendera merah putih.




Rio Mencium Bendera Merah Putih



Garuda Pancasila Melekat di Helm Rio






Bukti Kecintaan Rio Terhadap Indonesia




Rio juga sangat sosialis. Pernah dinobatkan sebagai duta anti narkoba pada tahun 2009 dan duta Komodo tahun 2010. Rio juga sangat peduli dengan orang yang kurang mampu. Setiap ia pulang ke kampung halamannya di kota Solo, Rio selalu berbagi dengan anak – anak panti asuhan.


Rio Diobatkan Sebagai Duta Anti Narkoba Tahun 2009










Rio menjadi idola banyak orang saat ini, termasuk saya. Rio menjadi inspirasi untuk saya agar bisa berprestasi dan bekerja keras dan tidak pernah menyerah untuk meraih impian. Taat kepada agama, berjiwa nasionalis dan sosialis. Tambah salut dengan anak muda yang satu ini!

Namun masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan Rio. Sisa pembayaran sekitar 7 juta Euro harus dilunasi sebelum Mei 2016. Berat memang, tapi semoga saja keberuntungan ada di Rio dan manajemen. Saya pun sangat berharap dukungan dari pengusaha – pengusaha Indonesia serta kejelasan pemerintah terkait dana Rp100 milliar yang akan digelontorkan. Bukan tidak mungkin Rio akan bersinar di ajang Formula 1 dan membuat Indonesia dikenal dunia, saatnya merk – merk ternama Indonesia untuk berpartisipasi mendukung Rio Haryanto. Kementerian Pariwisata pun disebut mempunyai dana sekitar Rp3 trilliun untuk biaya promosi pariwisata Indonesia. Cukup besar memang, setidaknya Kementerian Pariwisata bisa melihat peluang yang bagus ini sebagai ajang promosi ‘Wonderful Indonesia’.





Rio Memulai Balapan di Usia 6 Tahun


Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dengan aksi nyata mendukung Rio Haryanto, Anda bisa memberikan dukungan Anda melalu kitabisa.com/IndonesiaF1 dan Anda juga bisa mengetahui informasi terkini seputar Rio Haryanto melalui Twitter @SahabatRio.
Terima kasih Rio telah mengharumkan nama Indonesia. Perjuangan selama lebih dari 15 tahun terbayarkan. Mimpi Rio dan Indonesia pun menjadi kenyataan. Terus berprestasi, dan rendah hati Rio. Kami, masyarakat Indonesia berada di sampingmu. Jaya Rio! Jaya Indonesia!

Biodata Rio Haryanto:
Nama                                      : Rio Haryanto
Tempat Tanggal Lahir            : Solo, 22 Januari 1993
Tinggi badan                           : 170 cm
Berat badan                            : 58 kg
Website                                   : www.rioharyanto.com

Ringkasan Karir:
2005    : Junior Asian Karting Open Championship (Champion)
2006    : Junior Asian Karting Open Championship (Champion)
2007    : Rotax Max Challenge Asia (2nd)
2008    : Formula Asia 2.0 (3rd) [7 podiums, 2 wins]
              Asia Formula Renault Challenge (6th) [3 podiums, 2 wins]
2009    : Formula BMW Pacific (Champion) [12 podiums, 11 wins]
2010    : GP3 Series (5th) [3 podiums, 1 wins]
            : Formula 1 (Test Driver)
2011    : GP3 Series (7th) [4 podiums, 2 wins]
: AutoGP (7th) [3 podiums, 2 wins]
2012    : GP2 Series (14th)
            : Formula 1 (Young Driver Programme)
2013    : GP2 Series (19th) [1 podium]
2014    : GP2 Series (15th) [1 podium]
2015    : GP2 Series (4th) [5 podiums, 3 wins]



Kedua Idola Saya Dalam Satu Foto




Pertemuan Dengan Idola




Bersama Koordinator Sahabat Rio, mas Catur Sunaryo

0 komentar:

Posting Komentar