Assalamualaium wr.wb
Sebelumnya saya akan perkenalkan diri terlebih dahulu.
Nama saya adalah Chandra Dwi Anggoro, lahir di Jakarta, 28 September 2000 dan
sekarang sedang duduk di bangku SMA. Sejak saya kecil atau masih sebagai bocah
Taman Kanak – Kanak , lebih tepatnya saat Formula 1 disiarkan di tv swasta
Global TV atau TPI, saya sedikit lupa, saya sudah menonton balapan – balapan
menegangkan bak pertarungan gladiator hanya saja kali ini di lintasan balap. Nama
– nama seperti Michael Schumacher, Kimi
Raikkonen, Fernando Alonso, dan Juan Pablo Montoya sudah tidak asing saya
dengar.
Banyak orang yang mengatakan bahwa Formula 1 adalah
ajang balap mobil paling bergengsi di dunia. Sejujurnya saya berpendapat demikian.
Banyak pembalap – pembalap di seluruh dunia yang ingin berkompetisi di ajang
Formula 1, tapi hanya ada 20 sampai 22 pembalap saja yang dapat berkompetisi di
ajang tersebut setiap musimnya. Sengit memang. Selain dibutuhkan kemampuan yang
‘lebih’, faktor finansial sangat vital untuk berkompetisi di ajang jet darat
itu. Sebut saja Michael Schumacher, dia
adalah pembalap paling sukses di Formula 1, bagaimana tidak, dia
berhasil merengkuh 7 kali gelar juara dunia, 5 diantaranya diraih beruturut –
turut. Tetapi sebelum ia banyak di elu – elukan banyak orang, Schumi (panggilan
akrab Schumacher) pun harus berjuang keras menembus Formula 1. Tanpa didukung
oleh sponsor yang memadai, mungkin kita tidak bisa menyaksikan kehebatan
Schumacher dalam menyalip lawan – lawannya di lintasan.
Berbicara mengenai Schumacher, saat saya masih kecil
saya ingat betul bahwa Schumi sering sekali memenangi balapan, dan meraih
podium. Mata saya seolah tersihir oleh aksi – aksi yang dilakukan Schumi saat
balapan. Pemikiran seorang bocah saat itu memang masih sempit. Schumi pun sukses mencuri hati banyak orang
tidak terkecuali saya. Saya menjadikan Michael Schumacher sebagai idola masa
kecil, bahkan sampai sekarang. Warna merah yang identik dengan Ferarri, tim
yang dibela Schumi saat itu banyak menghiasi rumah saya. Poster – poster Schumi
menempel di dinding – dinding rumah. Bahkan saat itu, saya pun terobsesi
menjadi seorang pembalap, pembalap Formula 1. Saya mempunyai banyak mainan
mobil, saya sering berkhayal ada balapan Formula 1 dirumah saya dengan mainan –
mainan mobil tersebut. Saat itu sedang booming
mainan mobil remote control atau
biasa disebut RC. Teman – teman saya saat itu banyak yang mempunyai RC dalam
bentuk mobil rally atau NASCAR. Saya pun
meminta kepada kedua orang tua saya untuk dibelikan sebuah mobil remote control. Saat di toko mainan,
banyak sekali variasi RC yang ada. Entah kenapa, mata saya hanya tertuju pada
satu mobil. Mobil formula yang berwarna merah, mirip seperti mobil yang
dikendarai idola saya Michael Schumacher. Tanpa berpikir lagi, saya pun
memutuskan untuk membeli RC itu.
Ketika saya bermain dengan teman – teman di lapangan,
beberapa kali saya memenanginya. Saya pun menamai mobil tersebut dengan nama
‘Shumacher’. Setelah beberapa kali memenangi balapan dengan teman – teman saya,
ada suatu momen yang membuat saya sangat sedih. Saat balapan di lapangan,
‘Schumacher’ dengan kecepatan tinggi untuk mobil remote control akan melewati
tikungan, saat saya ingin berbelok entah kenapa ‘Schumacher’ tidak bisa berbelok.
Akhirnya, ‘Schumacher’ pun harus menabrak sebuah dinding dengan cukup keras.
Saya pun langsung mendekati ‘Schumacher’ untuk memeriksa keadaannya. Saat itu,
saya melihat kondisi luar ‘Schumacher’ tidak terlalu rusak parah, hanya ada
lecet di beberapa bagian. Kemudian saya mencoba untuk menjalankannya lagi,
entah kenapa ‘Schumacher’ tidak mau jalan. Saya coba lagi, namun tetap sama.
Saya pun sedih dan hampir menangis saat itu, saya tidak menangis karena ada
teman – teman saya disana, mungkin akan lain cerita jika tidak ada teman –
teman saya. Saya pun pulang dengan membawa ‘Schumacher’, saya mengatakan kepada
Ayah saya mengenai insiden itu, dan Ayah saya coba memperbaikinya namun tetap
tidak bisa. Setelah itu saya hanya memajang ‘Schumacher’ di rumah dan tidak
pernah memainkannya lagi. Pernah saya ditawari oleh orang tua saya untuk
dibelikan RC yang baru namun saya menolak. Sampai saat inipun, ‘Schumacher’
masih saya simpan sebagi kenangan masa kecil meskipun sudah sedikit usang.
Penampilan 'Schumacher' saat ini
Setiap kali di hari Minggu ada balapan Formula 1, saya
hampir tidak pernah melewatkannya. Menonton Formula 1 dengan Ayah saya melalui
layar televisi. Bahkan ketika saya beranjak ke Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama, saya masih menyaksikan di layar tv. Saat itu ada juga kompetisi
A1 Grand Prix yang disiarkan di GlobalTV, dan ada salah satu pembalap Indonesia
disana yaitu Ananda Mikola tahun 2006 kalau tidak salah. Saya cukup terkejut
saat itu, karena ada pembalap Indonesia di ajang A1 Grand Prix, saya yang masih
bocah kala itu berpikir bahwa A1 Grand Prix sekelas atau sama dengan Formula 1.
Tapi kenyataanya berbeda. A1 Grand Prix adalah semacam piala dunia balap mobil.
Semenjak saya mengetahui itu, saya berpikir dan pertanyaan ‘Kapan ada pembalap
Formula 1 dari Indonesia?’ selalu terngiang di kepala saya.
Tahun demi tahun berlalu. Tahun 2009, Ayah saya
membeli koran TopSkor, saya pun tertarik membacanya karena saya juga fanatik
dengan sepak bola. Saat itu saya membaca ada seorang pembalap Indonesia yang
wajahnya seperti orang China bernama Rio Haryanto. Pada artikel tersebut,
dituliskan bahwa Rio sedang berkompetisi di ajang Formula BMW Pacific. Saat itu
pun saya tidak mengikuti karir seorang Rio Haryanto.
Tahun 2010, saat saya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, saya menyaksikan salah satu program bernama ‘Lensa Olahraga’ di ANTV. Sambil sarapan saya menyimak dari layar televisi, ada berita mengenai pembalap yang namanya pernah saya dengar di tahun 2009, Rio Haryanto. Saat itu saya sangat terkejut, isi berita tersebut intinya Rio Haryanto menjalani uji coba mobil Formula 1 di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi. Saya sangat terkejut. Ada orang Indonesia yang mengendarai mobil Formula 1. Pembalap yang saya ketahui namanya tahun 2009 itu yang mengendarainya. Hebat betul pembalap ini. Pertanyaan ‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ terus menguat di pikiran saya.
Rio Saat Menjuarai Balapan di Formula BMW Pacific 2009
Tahun 2010, saat saya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, saya menyaksikan salah satu program bernama ‘Lensa Olahraga’ di ANTV. Sambil sarapan saya menyimak dari layar televisi, ada berita mengenai pembalap yang namanya pernah saya dengar di tahun 2009, Rio Haryanto. Saat itu saya sangat terkejut, isi berita tersebut intinya Rio Haryanto menjalani uji coba mobil Formula 1 di sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi. Saya sangat terkejut. Ada orang Indonesia yang mengendarai mobil Formula 1. Pembalap yang saya ketahui namanya tahun 2009 itu yang mengendarainya. Hebat betul pembalap ini. Pertanyaan ‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ terus menguat di pikiran saya.
Kemenangan Pertama Rio Haryanto Pada Ajang GP3 Series 2010
Uji Coba Formula 1 Bersama Tim Virgin Racing di Yas Marina, Abu Dhabi 2010
Di tahun 2011, saya kembali mendengar berita mengenai
Rio Haryanto. Saya menyaksikan program Kick Andy di Metro TV dan saat itu Rio
Haryanto menjadi narasumber. Rio Haryanto 2 kali memenangi balapan di ajang GP3
Series, dengan kondisi hujan. Itu meningatkan saya dengan Michael Schumacher
yang juga jago balapan di lintasan basah. Wah, gila banget nih pembalap di trek
basah, make ban kering, juara lagi. Di acara Kick Andy itu juga, Rio Haryanto
sangat senang berbagi dengan anak – anak kurang mampu. Rio megatakan apabila ia
sukses di Formula 1, dia ingin membuat sebuah foundation. Wah hebat banget ini
orang, mau jadi pembalap F1. Bisa gak ya? Di acara Kick Andy, Rio juga
menuturkan bahwa saat ia memenangi balapan pada GP3 Series tahun 2010 di Turki,
pihak panitia tidak menyediakan bendera merah putih dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Podium delay cukup lama
karena pihak panitia mencoba mencari solusi tentang hal tersebut. Setelah cukup
lama delay, podium pun dilaksanakan tapi dengan bendera negara Polandia yang
dibalik dan lagu Indonesia Raya yang diambil dari situs YouTube. Pada balapan
di Inggris pada GP3 Series 2010 itu juga Rio meraih podium kedua dibelakang
Esteban Gutierrez (pembalap Haas F1 Team). Pihak panitia balapan seakan tidak
percaya terhadap kemampuan Rio yang mampu menempel ketat Gutierrez. Rio
dianggap melakukan kecurangan, alhasil mobil yang digunakan Rio setelah balapan
dibongkar habis – habisan, dan setelah dibongkar ternyata tidak ditemukan
kecurangan. Mobil pun dirakit kembali, namun pada balapan kedua Rio gagal
finish karena mobilnya tidak dalam keadaan bagus setelah dibongkar oleh pihak
panitia lomba.
Meraih Penghargaan 'Best Win of The Year' GP3 Series Pada Balapan di Nurgburgring, 2011
Berada di Podium Tertinggi Ajang AutoGP, Valencia 2011
Ke tahun 2012, saya kembali mendengar beritanya lagi.
Kali ini ia kembali menjalani uji coba mobil Formula 1 untuk kedua kalinya di
sirkuit Silverstone, Inggris. Orang ini dua kali uji coba F1, berarti dia jago
dong.
Lalu saya tidak mendengar beritanya lagi sampai di bulan Juni 2013. Saat
itu saya mengetahui informasi bahwa Rio Haryanto meraih podum kedua pada ajang
GP2 Series, di sirkuit Silberstone, Inggris. Saat itu saya tidak tahu apa – apa
tentang ajang GP2 Series. Kemudain saya menelusurinya dan akhirnya saya pun
tahu. GP2 Series merupakan sebuah kompetisi balap mobil yang satu tingkat di
bawah ajang Formula 1. Banyak jebolan – jebolan GP2 Series yang naik kelas ke
Formula 1, sebut saja Lewis Hamilton, Nico Rosberg, dan Nico Hulkenberg. Rio
menjadi orang Indonesia pertama yang berkompetisi dan meraih podium di ajang
tersebut. Semenjak saat itu saya mulai mengikuti dengan serius perjalanan Rio
Haryanto. Sayang, di tahun tersebut, Rio kurang mampu bersinar setelah hanya
mampu finish di urutan 19 klasemen akhir.
Berselebrasi Setelah Meraih Pole Position di Ajang GP2 Series, Belgia 2012
Uji Coba Formula 1 Bersama Tim Marussia di Silverstone, Inggris 2012
Podium Pertama Rio Pada Ajang GP2 Series di Silverstone, Inggris 2013
Karena meraih hasil yang kurang bagus, Rio pun
memutuskan pindah tim. Ia pindah ke tim Caterham untuk musim 2014, karena
Caterham saat itu juga mempuyai tim di Formula 1. Di tes pra musim, Rio tampi
menjajikan. Beberapa kali ia menjadi yang tercepat. Di seri pertama di Bahrain,
Rio start dari posisi 4 namun sayang ia melorot ke posisi 16. Ia mendapat poin
pertamanya saat meraih posisi kelima pada balapan di Spanyol. Setelah itu ia
meraih podium ketiga pada balapan di Monako. Cukup lama untuk mendapat poin
lagi, akhirnya di seri terakhir di Abu Dhabi, ia meraih 1 poin di balapan
tersebut. Menyelesaikan musim di urutan ke 15 klasemen. Rio pun mendapat
kesempatan uji coba Formula 1 untuk ketiga kalinya, kali ini bersama tim
Caterham F1 di sirkuit Silverstone. Namun sayang, karena mobil yang tadinya
akan digunakan Rio mengalami kerusakan, akhirnya Rio gagal menjalani uji coba.
Pada tahun itu, saya juga berkesempatan bertemu dengan Rio Haryanto di acara
International Indonesia Motor Show. Baca selengkapnya disini.
Di 2015, Rio memutuskan bertahan di ajang GP2 Series.
Ia kembali berganti tim, kali ini ke tim Campos, yang dimiliki oleh Adrian
Campos mantan pembalap Formula 1. Di tes pra musim, Rio selalu masuk 10 besar.
Saya pun percaya bahwa Rio bisa bersinar di tahun ini. Benar saja, di seri pertama di Bahrain, Rio tampil apik di sesi
latihan bebas. Sayang, di kualifikasi Rio melorot ke posisi 12, namun di
balapan pertama Rio menggila. Dari posisi 12 ia finish di posisi 2. Keesokan
harinya, Rio memenangi balapan dari posisi 7 yang merupakan kemenangan pertamanya
di ajang GP2 Series. Rio pun memangi balapan di Austria dan Inggris, meraih
podium kedua di Rusia dan stabil meraih poin kecuali di Monako, Italia, dan
Belgia. Rio hanya sekali gagal finish di musim itu. Rio mengakhiri musim di
urutan 4 klasemen, hasil terbaik yang diraih Rio selama di ajang GP2 Series.
Setelah ia memenangi balapan di Inggris, Rio mengatakan ia dilirik 3 tim Formula 1. Wah, 3 tim. Ketiga tim tersebut diketahui kemudian yaitu Force India, Sauber, dan Manor. Saat itu Rio ingin naik kelas ke Formula 1 2016. Karena terlambat, Rio gagal dikontrak Sauber dan Force India. Karena kedua tim tersebut meminta dana yang cukup besar. Rio pun bertemu dengan Presiden RI, bapak Joko Widodo untuk meminta dukungan. Presiden menginstruksikan Menpora dan Menteri BUMN untuk membantu Rio.
Indonesia Raya Berkumandang di Silverstone, Inggris 2015
3 Kemenangan Rio Haryanto di GP2 Series 2015
Setelah ia memenangi balapan di Inggris, Rio mengatakan ia dilirik 3 tim Formula 1. Wah, 3 tim. Ketiga tim tersebut diketahui kemudian yaitu Force India, Sauber, dan Manor. Saat itu Rio ingin naik kelas ke Formula 1 2016. Karena terlambat, Rio gagal dikontrak Sauber dan Force India. Karena kedua tim tersebut meminta dana yang cukup besar. Rio pun bertemu dengan Presiden RI, bapak Joko Widodo untuk meminta dukungan. Presiden menginstruksikan Menpora dan Menteri BUMN untuk membantu Rio.
Mendapat Dukungan Dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
Rio Bersama Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi
Di akhir musim, Rio mendapat kesempatan untuk
menjalani uji coba ban Pirelli bersama tim Manor di Abu Dhabi. Setelah
menjalani uji coba, tim Manor menyodorkan kontrak kepada manajemen Rio. Namun,
Rio harus menyetorkan biaya sebesar 15 juta Euro atau sekitar Rp223 milliar
untuk biaya operasional tim selama semusim. Rio dan manajemennya berburu
sponsor dan terus menemui Menpora terkait dukungan. Menpora pun mengirimkan
surat jaminan yang ditanda tangani langsung oleh Imam Nahrawi tentang menjamin
kepastian Rio berlaga di Formula 1. Sponsor utama Rio, Pertamina pun memberikan
bantuan dana sebesar 5,2 juta Euro.
Uji Coba Formula 1 Ketiga Kali Untuk Rio, Bersama Tim Manor di Yas Marina, Abu Dhabi
Manor memberikan toleransi kepada Rio untuk membayar
dengan cara di cicil, dan memberikan deadline hingga akhir November. Deadline
sudah terlewat namun Manor masih memberikan toleransi. Hingga pada akhir
Desember, Rio meneken kontrak dengan Manor, lalu memnunggu verifikasi FIA. Rio
menunggu kepastian berlaga di ajang Formula 1. Pesaing – pesaing Rio Haryanto
pun begitu. Pascal Wehrlein, Alexander Rossi, dan Will Stevens adalah nama yang
disebut sebagai saingan Rio untuk merebut tempat di tim Manor. Kemenpora pun
membuat keputusan untuk menggelontorkan dana sebesar Rp100 milliar melalui KONI
untuk Rio Haryanto. Namun, dana tersebut menggunakan APBN dan harus disetujui
oleh DPR. Itupun menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat
menilai bahwa dana tersebut terlalu besar untuk seorang Rio Haryanto bergabung
dengan tim papan bawah Formula 1. Perlu diketahui bahwa mulai musim 2016, tim
Manor akan menggunakan mesin Mercedes dan sistem elektronik dari tim Williams,
serta mendatangkan orang – orang yang sudah berpengalaman macam Pat Fry. Padahal dan tersebut tidak terlalu besar,
karena itu untuk keperluan tim selama satu musim untuk mengembangkan mobil.
Bahkan tim papan atas macam Mercedes mengeluarkan uang lebih banyak dari tim
Manor untuk terus mengembangkan mobil. Semakin banyak dan yang ada, mobil akan
semakin baik. Rio dan manajemen pun pontang panting mencari sponsor dan menemui
pengusaha seperti Aburizal Bakrie dan Sandiaga Una. Bukan hanya manajemen Rio,
fans Rio yang disebut ‘Sahabat Rio’ juga turut menggalang dana atau dikenal
dengan istilah crowdfunding sebagai langkah nyata untuk mendukung Rio Haryanto
melalui situs kitabisa.com/IndonesiaF1 . Pada 10 Februari 2016, Manor
mengumumkan bahwa Pascal Wehrlein meraih satu tempat di tim mereka. Persaingan
antara Stevens, Rossi, dan Rio pun semakin ketat. Rio pun semakin harap – harap
cemas akan kepastiannya berlaga di Formula 1. Pada 11 Februari 2016, CEO Manor,
Stephen Fitzpatrick menyambangi Indonesia untuk melihat dukungan Pemerintah
Indonesia kepada Rio. Pada 17 Februari 2016, media Inggris menyebut bahwa Will
Stevens tidak akan berlaga di Formula 1. Rio pun sudah menyetorkan DP sebesar 3
juta Euro kepada Manor Racing.
Pada tanggal 18 Februari 2016, Pertamina mengadakan jumpa pers di kantor pusat. Ketika saya sedang membuka Twitter, saya melihat tweet dari akun Twitter resmi Manor Racing dan Formula 1.
Saya pun sangat terkejut dan menangis bahagia. Rio Haryanto
mengukir sejarah sebagai pembalap Indonesia pertama yang berkompetisi di ajang
Formula 1. Pembalap Formula 1 dari Asia Tenggara yang ketiga, dan satu –
satunya pembalap Asia untuk Formula 1 2016. Putra Indonesia berhasil menembus
Formula 1. Akhirnya penantian panjang Indonesia, termasuk saya berakhir. Pertanyaan
‘Kapan ada pembalap Formula 1 dari Indonesia?’ yang dari kecil sampai sekarang
terngiang di kepala saya pun sudah terjawab jelas. Kamis, 18 Februari 2016
adalah jawabannya, dan jawaban itu bisa terjawab karena Rio Haryanto serta
dukungan dari Pemerintah, sponsor, keluarga, fans dan seluruh masyarakat
Indonesia. Rio akan tampi penuh semusim dengan menggunakan nomor mobil 88.
Nomor yang sama saat Rio menjuari Formula BMW Pacific di tahun 2009.
Rio Haryanto menggegerkan media, tidak hanya media
massa dalam negeri tetapi juga media luar negeri. Orang – orang asing pun
bertanya – tanya heran siapa sebenarnya Rio Haryanto. Rio sangat relgius.
Sebelum balapan ia selalu membaca ayat kursi. Bahkan ayat kursi ditempelkan di
dalam kokpit mobil Rio.
Selain itu Rio juga memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi. Itu dibuktikan dengan adanya lambang Garuda Pancasila pada helm yang
dikenakan Rio dan Rio mencium bendera merah putih.
Rio Mencium Bendera Merah Putih
Garuda Pancasila Melekat di Helm Rio
Bukti Kecintaan Rio Terhadap Indonesia
Rio juga sangat sosialis. Pernah dinobatkan sebagai
duta anti narkoba pada tahun 2009 dan duta Komodo tahun 2010. Rio juga sangat
peduli dengan orang yang kurang mampu. Setiap ia pulang ke kampung halamannya
di kota Solo, Rio selalu berbagi dengan anak – anak panti asuhan.
Rio Diobatkan Sebagai Duta Anti Narkoba Tahun 2009
Rio menjadi idola banyak orang saat ini, termasuk
saya. Rio menjadi inspirasi untuk saya agar bisa berprestasi dan bekerja keras
dan tidak pernah menyerah untuk meraih impian. Taat kepada agama, berjiwa
nasionalis dan sosialis. Tambah salut dengan anak muda yang satu ini!
Namun masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan
Rio. Sisa pembayaran sekitar 7 juta Euro harus dilunasi sebelum Mei 2016. Berat
memang, tapi semoga saja keberuntungan ada di Rio dan manajemen. Saya pun
sangat berharap dukungan dari pengusaha – pengusaha Indonesia serta kejelasan
pemerintah terkait dana Rp100 milliar yang akan digelontorkan. Bukan tidak
mungkin Rio akan bersinar di ajang Formula 1 dan membuat Indonesia dikenal
dunia, saatnya merk – merk ternama Indonesia untuk berpartisipasi mendukung Rio
Haryanto. Kementerian Pariwisata pun disebut mempunyai dana sekitar Rp3
trilliun untuk biaya promosi pariwisata Indonesia. Cukup besar memang,
setidaknya Kementerian Pariwisata bisa melihat peluang yang bagus ini sebagai
ajang promosi ‘Wonderful Indonesia’.
Rio Memulai Balapan di Usia 6 Tahun
Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dengan aksi nyata
mendukung Rio Haryanto, Anda bisa memberikan dukungan Anda melalu kitabisa.com/IndonesiaF1
dan Anda juga bisa mengetahui informasi terkini seputar Rio Haryanto melalui Twitter
@SahabatRio.
Terima kasih Rio telah mengharumkan nama Indonesia.
Perjuangan selama lebih dari 15 tahun terbayarkan. Mimpi Rio dan Indonesia pun
menjadi kenyataan. Terus berprestasi, dan rendah hati Rio. Kami, masyarakat
Indonesia berada di sampingmu. Jaya Rio! Jaya Indonesia!
Biodata Rio Haryanto:
Nama : Rio Haryanto
Tempat Tanggal Lahir :
Solo, 22 Januari 1993
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 58 kg
Website : www.rioharyanto.com
Ringkasan Karir:
2005 : Junior Asian Karting Open Championship (Champion)
2006 : Junior
Asian Karting Open Championship (Champion)
2007 : Rotax
Max Challenge Asia (2nd)
2008 : Formula
Asia 2.0 (3rd) [7 podiums, 2 wins]
Asia Formula Renault Challenge (6th)
[3 podiums, 2 wins]
2009 : Formula
BMW Pacific (Champion) [12 podiums, 11 wins]
2010 : GP3
Series (5th) [3 podiums, 1 wins]
: Formula
1 (Test Driver)
2011 : GP3
Series (7th) [4 podiums, 2 wins]
: AutoGP (7th) [3
podiums, 2 wins]
2012 : GP2
Series (14th)
: Formula
1 (Young Driver Programme)
2013 : GP2
Series (19th) [1 podium]
2014 : GP2
Series (15th) [1 podium]
2015 : GP2
Series (4th) [5 podiums, 3 wins]
Kedua Idola Saya Dalam Satu Foto
Pertemuan Dengan Idola
Bersama Koordinator Sahabat Rio, mas Catur Sunaryo
0 komentar:
Posting Komentar