Rabu, 28 Oktober 2015

Apalah Arti Sebuah Nama

‘Apalah arti sebuah nama, andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia akan tetap berbau wangi’

Itu adalah perkataan dari seorang pria yang bernama Romeo kepada kekasihnya Juliet dalam novel berjudul ‘Romeo dan Juliet’ yang ditulis sastrawan terbesar asal Inggris, William Shakespeare

Banyak orang yang bilang perkataan dari Romeo ini menyalahi faedah. Karena nama adalah doa. Nama adalah harapan. Tapi orang – orang yang beragumen seperti itu pasti belum membaca novel ‘Romeo dan Juliet’. Karena konteks nama dalam perkataan tersebut bukan diartikan sebagai kata yang mewakili sesuatu, tapi merujuk kepada identitas. Pada postingan kali ini, gue engga akan membahas soal perkataan Romeo itu. Tapi masih ada sedikit kaitannya dengan apa yang akan gue bahas di post ini.

Jika kalian membaca post gue yang sebelumnya yang berjudul ‘Mencari Lalu Terhenti’, kalian akan paham. Kalau belum baca, gue saranin baca dulu biar engga terjadi kesalahpahaman dalam pemikiran.

Pada suatu pagi bertempat di SMA Negeri 34 Jakarta. 4 Juli 2015. Itu hari pra-mopdb. Jadi itu hari pertama seluruh anak baru yang mayoritas mengenakan seragam putih biru bertemu. Hari itu, gue lulusan dari SMPN 98 Jakarta sendiri. Engga ada temen. Terus gue ngeliat salah satu temen gue Latisha, dan temen les gue Rara. Alhamdulillah, engge ngenes – ngenes amat. Sebagai murid baru, gue merasa asing dengan lingkungan sekitar gue. Anak – anak lain pada ngobrol sama temen SMP nya. Lah gue engga ada. Pas gue lagi sendiri di parkiran motor, ada seorang laki – laki yang nyamperin gue yang bernama Naufal.

Gue pun ngobrol sama dia, dan ternyata dia sekelas sama gue. Alhamdulillah gue punya temen lagi. Pas lagi baris dan menuju ke kelas, gue ngeliat seorang perempuan berhijab berkulit putih. Gue natap dia, dia kayanya ngeliat balik kalo gue boleh sotoy. Itu adalah pertemuan pertama sekaligus tatapa pertama gue ke dia. Gue engga tau nama dia siapa.

Saat tanggal 25 Juli 2015, gue ke SMA Negeri 34 Jakarta lagi, gue kembali ngeliat perempuan tanpa nama itu lagi. Entah kenapa gue makin tertarik sama dia, tapi gue engga berani nyamperin dan nanyain siapa namanya. Gue juga saat itu engga tau, perempuan tanpa nama itu dari SMP mana. Gue mau nanya temen gue juga susah nanyanya gimana. Pas MOPDB tanggal 27 – 29 Juli 2015, gue kembali ngeliat dia lagi, tapi gue (masih) engga tau namanya siapa. Setelah hari itu, gue engga ngeliat dia lagi untuk beberapa waktu.

Gue menjalani masa kelas 10 dengan kepadatan jadwal. Tugas, PR, ulangan, dan les menjadi suatu rutinitas. Entah kenapa selama kurang lebih 2 bulan, gue engga ngeliat perempuan tanpa nama itu. Sampai akhirnya pada suatu Kamis pas pulang sekolah, gue ketemu perempuan tanpa nama itu lagi setelah sekian lama. Jujur, gue kangen ngeliat dia. Karena dia perempuan pertama yang mebuat gue tertarik di SMA ini. Dia jalan di depan gue menuju perempatan taman DDN, gue sekitar 3 meter di belakangnya. Jujur, saat itu gue ada niat buat nyamperin dia dan nanya nama dan kelasnya, tapi kembali lagi, gue masih engga berani. Pengecut dan lemah emang gue sebagai seorang cowok. Setelah di perempatan dia belok ke kanan, gue lurus. Pas di angkot, gue nye-sel se-nye-sel-nye-sel-nya. Kenapa gue engga berani nanya ke dia, untuk nanya nama dan kelas doang padahal.

Setelah hari Kamis itu, gue kembali engga ketemu ataupun ngeliat dia lagi di sekolah. Gue berusaha untuk menyerah ngejar dia, dengan coba mencari perempuan yang bisa mengisi kehidupan gue. Dua perempuan yang kronologisnya udah gue ceritain di post ‘Mencari Lalu Terhenti’ sudah pupus. Gue kembali menjalani kehidupan normal.

Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah bertemu dengan bulan Oktober. Gue masih belum bertemu dengan perempuan tanpa nama itu lagi. Kembali pada hari Kamis, setelah pulang sekolah. Gue ke toilet lantai satu sebelum meninggalkan sekolah. Pas gue keluar toilet, perempuan tanpa nama itu lagi duduk di depan ruang wakil kepala sekolah, dia duduk sama temen sekelas gue Anisa. Karena Anisa mengikuti eskul tari tradisional atau disingkat trads, perempuan tanpa nama itu duduk di samping Anisa pas pulang sekolah di hari Kamis, dimana hari latihan trads. Jadi gue menyimpulkan perempuan tanpa nama itu ikut eskul trads.

Malemnya, gue chat Anisa buat nanyain nama perempuan berhijab berbatik oranye yang tadi sore duduk disampingnya. Ternyata, perempuan tanpa nama itu alumni SMPN 85, sama kaya Anisa. Dan akhirnya, Anisa memberitahu gue nama dan dari kelas mana perempuan tanpa nama itu. Nama perempuan itu adalah ….

Rahasia dong. Sebut saja nama perempuan itu ‘pensil warna’. Kenapa harus pensil warna? Karena dia membuat hidup gue lebih berwarna. Loh kenapa engga spidol atau engga krayon? Suka – suka gue lah bro.

Setelah gue tau nama dan kelasnya, gue pun mulai search tentang dia. Sampai akhirnya, gue tau username twitter dan instagramnya, terus gue follow. Tapi entah kenapa gue engga berani minta follback, gue berasumsi dia ngira gue sksd. Jadi gapapalah kalo belum di follback.
Saat itu, temen sebangku gue Audi bawa buku tahunan sekolah SMPN 85. Gue ngeliat – liat dan ada foto ‘pensil warna’ terus ada biodatanya dan ada nomer handphonenya. Gue save aja kan. Suatu waktu di kelas, gue cerita tentang ‘pensil warna’ ke temen gue Ghazi, ternyata waktu kelas 9, Ghazi sekelas sama ‘pensil warna’. Gue bilang ke Ghazi kan kalo gue punya nomer hpnya ‘pensil warna’, terus Ghazi nantangin gue. Dia nantang gue buat nelfon ‘pensil warna’, dan akhirnya gue beranikan diri untuk nelfon ‘pensil warna’ meskipun langsung gue matiin.

Beberapa waktu kemudian, temen sekelas gue Shela menceritaka sesuatu hal yang mencengangkan. Shela bilang kalo si ‘pensil warna’ cerita ke Shela. Kira – kira begini percakapan Shela dengan ‘pensil warna’.
Pensil warna   : ‘Shel, gue takut dah sama temen lu’
Shela               : ‘Temen gue? Yang mana?’
Pensil warna   : ‘Itu temen sekelas lu yang kacamata tinggi’
Shela               : ‘Oh Chandra, kenapa emang?’
Pensil warna   : ‘Iya, jadi waktu itu ada orang yang nelfon gue, terus gue save gue namain dengan nama titik di kontak gue. Terus gue buka WhatsApp dan liat kontak itu dpnya foto temen lu itu. Dia juga ngefollow twitter dan instagram gue, gue jadi kaya diterror. Ngeri’

Kurang lebih gitu garis besarnya.

Waduh, tambah parah keadaan. Gue coba chat pensil warna buat minta maaf dan kalo gue engga nerror dia. Tapi masih engga berani chat dia. Gue berharap gue bisa deket sama dia, gue berani ngechat dia dan kalo ketemu gue sapa. Semoga kedepannya ada berita baik, kalo ada perkembangan positif, gue akan berbagi cerita di blog gue.

‘Tak kenal maka tak sayang’, itu salah satu pribahasa Indonesia. Gue ngerasa peribahasa itu pas banget untuk keadaan gue saat ini. Sebelum tau namanya, gue engga terlalu antusias bahkan mikirin dia. Tapi setelah gue tau namanya, semua itu berubah 180 derajat.


Semoga salah satu  perkataan dari William Shakespeare salah. ‘Harapan adalah akar dari segala sakit hati’. Gue berharap sama dia, dan semoga saja dia bisa menjadi apa yang gue harapkan. Kalaupun engga, semoga gue engga sakit hati lagi. Doain ya!

0 komentar:

Posting Komentar