Rabu, 30 September 2015

Kurtilas Mengalihkan Duniaku

Assalamualaikum wr.wb, hayo dijawab salamnya. Kalo kalian ngeliat judul post ini pasti kalian kira – kira udah bisa nebak isinya. Pastinya berhubungan dengan kurikulum dua ribu tiga belas atau disingkat menjadi kampret.

Kurtilas, itu merupakan kurikulum baru setelah KTSP 2006. Dari gue kelas 1 SD sampai kelas 9 SMP, gue belajar berdasarkan KTSP 2006, 9 tahun. Tapi itu berubah saat gue di SMA, gue menerapkan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Perbedannya sebenernya engga beda jauh, tapi cukup terasa.

Di kurtilas, penilaiannya berdasarkan 3 kriteria. Yaitu, pengetahuan, keterampillan, dan sikap. Sebenernya ini hampir mirip kaya KTSP 2006, cuma ada tambahan sikap aja. Gue kurang suka dari kurikulum 2013 ini adalah lebih mengedepankan siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya memfasilitasi. Tujuannya emang bagus biar siswa yang males belajar jadi rajin, tapi ya engga semuanya diserahin ke siswa lah.

Contohnya waktu pelajaran Sejarah Indonesia. Kelas gue dibagi jadi 7  kelompok, terus disuruh presentasi setelah dibagiin materinya. Dan gurunya engga ngajarin sama sekali. Kacau.
Gue rasa ada beberapa guru yang mengsalahartikan kurtilas ini. Mereka mungkin menganggap bahwa murid lah yang berperan vital, tetapi guru tidak begitu melakukan pekerjaanya dalam mengajar.

Selain karena sistem belajar kurtilas ini, pelajaran di SMA juga makin sulit menurut gue. Tugasnya pun beragam dan banyak banget, setiap pelajaran ada tugas dan dikumpulin cuma beberapa hari kedepan. Presentasi pun sama. Dan yang paling parah nih ya, ulangan hariannya susah sob. Apalagi matematika peminatan. Gue udah belajar beberapa jam, hasilnya masih kurang bagus Bahkan gue sekarang tidur jam setengah 1 setiap hari. Sehingga menyebabkan stok kopi bokap gue makin menurun.

Gue rasa tugas, presentasi, ulangan udah menjadi pacar gue untuk saat ini. Mereka yang menemani gue di masa – masa awal SMA ini. Mereka engga ada habis – habisnya menemani gue. Gue takutnya nih ya, gue jadi engga tertarik sama cewe karena saking seringnya ditemenin sama tugas, presentasi, dan ulangan.

Di SMA gue mendapatkan satu kosa kata baru, yaitu ambis. Pertama gue engga tau arti dari kata ambis itu apa, terus gue tanya sama temen gue. Ternyata kata ambis itu singkatan dari ambisius. Ambisius sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki makna berkeinginan keras mencapai sesuatu.

Tapi gue sedikit heran dengan kata ambis  ini. Temen – temen gue cuma menyebutkan kata ambis ke orang yang gigih banget ngerjain tugas atau pr sedangkan orang lain engga. Ini kan bagus ya, kita ngerjain dengan gigih, eh malah dibilang ambis. Jadinya dikatain anak ambis. Menurut gue si itu masih dalam konteks positif yak arena ngerjain tugas. Kecuali dia mau ngebunuh orang baru dah tuh lu katain ambis, ‘ambis banget lu mau bunuh orang’. Nah kaya gitu baru gapapa.

Iya hidup itu selalu mengalir. Pasti banyak rintangan yang akan menghalangi kita dalam menjalani hidup ini. Meskipun begitu kita harus menikmatinya, karena hidup ini cuma sekali. Jangan ngeluh terus, yang terpenting pikir dan lakukan saja cara untuk menyukseskannya. Because life is too short to be unhappy.

0 komentar:

Posting Komentar