Kamis, 06 November 2014

Impian Yang Hampir Terkubur



Hai hai hai!! Apa kabar kalian semuaa? Semoga sehat wal afiat dan selalu dilindungi dan dicintai Allah SWT. Aamiin. Okay kali ini gue akan membagi pengalaman yang gue dapet beberapa minggu yang lalu. Okay langsung aja ke TKP.

Beberapa waktu yang lalu, tim basket putra dan putri SMPN 98 Jakarta mengikuti salah satu turnamen yang paling ditunggu-tunggu yaitu 41 Cup 2014. Jujur aja, selama gue kelas 9 ini, gue udah jarang latihan basket. Kenapa? Kalian bisa mengetahui sendiri lah. Gue udah kelas 9, kegiatan makin banyak, belajar lebih giat, sering, dan tekun, les, tugas, pr, dan ulangan. Itu semua kadang membuat gue sedikit frustasi, sehingga pada akhirnya gue butuh istirahat. Gue beristitahat untuk menyiapkan energi untuk menghadapi jadwal yang padat selanjutnya, kalau gue latihan, mungkin gue akan lebih capek lagi. Jadi gue lebih memprioritaskan kebugaran tubuh gue. Meskipun begitu, gue juga masih main basket dan sesekali latihan. Okay, ini berawal ketika ade kelas gue, Cavita bbm gue pas malem hari. Dia bilang gue menjadi bagian dari tim untuk 41 Cup 2014 ini. Gue sangat antusias dan menghormati keputusan pelatih gue Bang Ipak. Gue engga tau kenapa gue yang dipilih, padahal gue juga udah jarang latihan dan masih banyak talenta-talenta muda dari tim ini yang mungkin dibutuhkan. Terlepas dari itu semua, gue bersyukur. Setelah mengetahui kabar tersebut, gue mempersiapkan diri sebaik mungkin. Gue mulai giat latihan, konsentrasi, dan disiplin. Gue rasa gue udah siap untuk tampil di pagelaran ini. Hasil dari technical meeting, tim putri akan melawan SMPN 227 Jakarta, dan tim putra menghadapi SMPN 1O7 Jakarta.

Minggu 1 November. Itu adalah jadwal tanding tim putra maupun putri. Paginya, gue cuma males-malesan di depan tv. Setelah itu, gue mandi terus berangkat ke rumah Sam sekitar jam 11. Dari rumah Sam, kita langsung ke rumah Aji. Pas dirumah Aji, gue ngerasa badan gue engga enak. Gue mulai merasa mual entah kenapa. Padahal paginya gue masih sehat wal afiat. Gue akhirnya main billiard agar bisa merilekskan badan, tapi tetep aja. Gue, Sam, Dani, Aji, dan Azmii berangkat ke 41 sebelum mapir ke Alfamart sebelumnya. Sampe di 41, kita harus di body check terlebih dahulu. Nah, pas gue lagi di body check sama seorang perempuan berkacamata yang entah namanya itu, dia menanyakan sesuatu ke gue. Dia nanya, Syarah dateng kesini untuk nonton atau engga, gue jawab aja engga kayaknya. Gue menerka kalau dia adalah temennya Syarah, tapi yang gue bingung dia ngeliat gue dengan tatapan yang sangat bisa dibilang “gak wajar” dan kenapa dia bisa tau gue. Ini masih menjadi misteri.

Setelah itu, kita nonton pertandingan basket putra SMPN 131 melawan SMPN 239 yang dimenangkan oleh SMPN 131. Kita udah kenal deket mereka, jadi saling mendukung lah. Setelah itu pertandingan basket putri kita melawan SMPN 227. Gue cuma nonton sampe kuarter 2, karena harus ganti kostum dan sholat Ashar berjamaah. Kita sholat Ashar berjamaah agar dilancarkan saat bertanding, diberi kemudahan, dan tentunya kemenangan untuk tim ini. Setelah sholat, kita warming up. Di lain tempat, tim putri kita kalah dengan skor 17-3. Meskipun begitu, kita masih semngat untuk menatap pertandingan melawan 107. Kita adaptasi lapangan yang cukup lama, karena wasitnya makan dulu. Sebelum bertanding, pelatih menysusun strategi dan menentukan starting line up. Untuk starting dipilih Sam, Azmii, Dani, gue, dan Edward. Gue diberi kepercayaan penuh sama pelatih, gue engga boleh menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan ini. Gue juga diberi “tugas” khusus oleh pelatih. Pertandingan dimulai, gue diminta sama bang Ipak buat jump ball, sedikit aneh karena itu biasa Dani yang ngelakuin. Gue juga sempat menolak, tapi akhirnya gue pede buat fight. Gue pun bisa ngambil bola, tapi sayang gagal buat dapet offense. Permainan cukup alot, kedua tim saling ngotot untuk dapet poin yang paling banyak. Di kuarter 1-3 kita bisa ngimbangin permainan mereka. Kita mengandalkan defense “Box One”. Edward ditugaskan mengawal kapten sekaligus pemain terhebat di 107 yaitu Kevin. Kita saling kejar-kejaran poin. Saat itu gue rasa peluang kita sangat baik untuk memenangkan pertandingan. Sampai ada kejadian itu. Di kuarter 4, skor 17 sama. Pertengahan kuater, Kevin lagi shoot dilanggar sama Azmii. 107 dapet free throw, dan kedua kesempatan itu masuk semua. Kita kehilangan momentum untuk menang. Entah kenapa setelah free throw itu, kita main semakin under pressure, makin lemes, dan udah engga fokus serta disiplin. Alhasil, kita kalah dengan skor 23-18. Sayang “hanya” beda 5 poin. Poin terakhir kita dicetak Sam, itupun dari free throw.

Gue mencoba mengambil kesimpulan dan hikmah dari peristiwa tersebut. Gue merasa gue bermain dengan seluruh kemampuan terbaik gue, pun begitu dengan pemain yang lain. Gue akuin, gue emang buat beberapa blunder yang fatal. Gue juga gabisa menyalahkan Azmii soal kehilangan momentum untuk menang. Gue mencoba selalu berpikir positif dan mengambil hikmaknya. Mungkin saat ini kita belum diizinkan untuk menang oleh Allah SWT, mungkin juga kemampuan kita sebagai tim masih kurang dibandingkan oleh tim lawan. Ini mengajarkan bahwa kita harus lebih giat berlatih dan disiplin. Dan juga jangan pantang menyerah sampai “perang” berakhir.

Mungkin event ini adalah turnamen terakhir yang gue ikuti sebagai pemain di SMP. Gue rasa mungkin itu juga yang ada di benak temen-temen se-angkatan gue. Seperti yang gue sebutkan pada paragraph kedua tadi, kalo gue udah kelas 9 dan punya “misi” untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Gue pun ingin berhasil dan membanggakan kedua orang tua gue. Gue juga mau berhasil dalam bidang non-akademik ini, gue pun masih berharap bahwa gue bisa memberikan trofi dan membanggakan nama SMPN 98 Jakarta. Gue yakin, harapan itu sudah hampir terkubur. Tapi meskipun begitu, gue tak perlu risau. Karena gue yakin masih banyak talenta-talenta muda berbakat di sekolah ini yang bisa membanggakan nama SMPN 98 Jakarta. Jikalau harapan gue sudah terkubur, gue masih mempunyai harapan lain, yaitu semoga basket putra maupun putri SMPN 98 Jakarta dapat berprestasi dan berada di puncak tertinggi dan tentunya membawa nama baik sekolah. Aaminn. Be the best!! Scoodoo, GO, FIGHT, WIN!!!

0 komentar:

Posting Komentar