Helo everibodii!! Lama engga muncul nih gue hehehe,
biasalah lagi sibuk. By the way, untuk pembaca setia blog gue yang udah
nungguin lama postingan terbaru, sorry banget gue baru bisa ngepost akhir-akhir
ini karena ada sedikit waktu. Maklumlah, sekarang gue udah kelas 9, kegiatan
gue seperti belajar, tugas, dan ulangan makin banyak tapi gapapa itu semua akan
menjadi modal gue untuk lulus UN 2015 nanti dengan nem 39!! Aamiin. Okay lets
go to main topic bray.
Pada postingan ini gue engga akan nulis tentang
pengalaman absurd gue akhir-akhir ini, melainkan pendapat gue sebagai blogger
dan pelajar mengenai hasil yang dicapai oleh Tim Nasional U19 pada Piala Asia
2014 di Myanmar lalu. Kenapa gue ingin sekali membahas soal ini? Mari kita
kupas secara lebih terperinci dan berkilah balik terlebih dahulu.
Tim Nasional U19 mulai dikenal masyarakat saat
pagelaran Piala AFF 2013 U19 yang dihelat di Sidoarjo. Saat itu, permainan
anak-anak U19 sangat menawan dan mendapat perhatian hingga pujian dari
masyarakat banyak, tak terkecuali ketua PSSI. Timnas U19 menampilkan permainan
atraktif serta sepak bola modern yang biasa dimainkan di Eropa. Dukungan dan
antusias rakyat Indonesia pun semakin menjadi sampai Timnas U19 akhirnya menjadi
juara di turnamen tersebut setelah mengalahkan Vietnam dalam drama adu pinalti.
Setelah itu, muncul nama-nama punggawa Timnas U19 yang mulai banyak dikenal
masyarakat, seperti Evan Dimas, Ilham Udin, Maldini Pali, Ravi Murdianto,
Hansamu Yama dan yang lainnya. Fanatisme masyarakat Indonesia semakin bertambah
ketika Timnas U19 menjalani laga kualifikasi Piala Asia U19 yang akan digelar
di Myanmar tahun 2014. Timnas U19 menjalani dua laga kualifikasi dengan
sempurna. Indonesia harus menjalani partai hidup mati melawan juara Asia 12
kali yaitu Korea Selatan. Indonesia harus menang jika ingin melaju ke Piala
Asia di Myanmar. Pada laga krusial dan dramatis tersebut anak-anak U19 akhirnya
berhasil meraih kemenangan dengan skor tipis 3-2 melalui hatrrick pemain muda penuh talenta, ya Evan Dimas-lah yang mencetak
3 gol penentu kemenangan Timnas U19. Sang kapten pun dinobatkan sebagai man of the match pada pertandingan
tersebut. Stadion Utama Gelora Bung Karno pun bergemuruh, bersorak-sorai, dan
ramai. Pencinta sepak bola nasional pun mulai memberikan dukungan dan tempat
tersendiri untuk Timnas U19 di hati mereka. Di balik itu semua, Indra Sjafri
sang nahkoda utama yang berpean paling vital dalam kesuksesan Timnas U19 saat
itu. Indra mencari pemain-pemain muda bertalenta di seluruh pelosok negeri
untuk mencari bibit-bibit unggul persepakbolaan Indonesia kedepannya, dan semua
itu dilakukannya dengan menggunakan biaya sendiri tanpa campur tangan PSSI.
Masih segar dalam ingatan bahwa press conference sebelum pertandingan penentuan
melawan Korea Selatan, Indra mengeluarkan pernyataan yang lantang dan berani.
“Sampaikan kepada Korea Selatan, kami akan mengalahkan
mereka pada 12 Oktober nanti.”
Itulah pernyataan berani seorang Indra Sjafri. Kalian
semua saat itu mungkin berpikir bahwa Indra Sjafri adalah orang yang arogan,
tetapi menurut hemat saya itu merupakan steatment yang sah-sah saja dari
seorang pelatih. Toh akhirnya Indonesia berhasil mengalahkan Korea Selatan.
Timnas U19 berhasil menjuarai Piala
AFF U19 2013 setelah mengalahkan Vietnam
Sukses mengantarkan Indonesia ke Piala Asia 2014, anak
asuh Indra Sjafri pun mulai menjalankan pelatnas jangka panjang dan program
latihan dan uji coba dari PSSI. Program yang berlangsung satu tahun tersebut
disetujui oleh Indra Sjafri. Timnas U19 melakukan pelatnas di lapangan GOR UNY,
Yogyakarta. Timnas U19 pun mulai melakukan tur uji coba sampai dengan bulan
September 2014. Terhitung sudah 5 tur uji coba yang dilaksanakan Evan Dimas cs.
Mulai dari Tur Nusantara 1, Tur Timur Tengah, Tur Nusantara 2, Hassanal Bolkiah
Trophy, dan Tur Spanyol. PSSI pun tidak segan-segan mengucurkan dana segar
untuk perkembangan Timnas U19 untuk mengejar target lolos ke Piala Dunia U20 2015
di Selandia Baru. Indonesia harus lolos ke semifinal Piala Asia agar dapat
berlaga di Piala Dunia U20. Beban berat yang ditanggung Timnas U19 ini,
sepertinya dijalankan dengan baik. Kita bisa lihat saat Timnas U19 menjalani
Tur Nusantara 1 dan 2, dan Tur Timur Tengah. Indonesia U19 berhasil meraih
hasil gemilang dari sejumlah laga uji coba tersebut. Supporter timnas pun mulai memberikan
kepercayaan kepada Timnas U19 agar dapat berlaga di Piala Dunia. Timnas U19 pun
dikirim ke Brunei untuk mengikuti Hassanal Bolkiah Trophy, menggantikan Timnas
U21 yang dikirim ke turnamen COTIF di Spanyol. Timnas U19 bisa dikatakan gagal
dalam turnamen tersebut, karena hanya berhasil meraih 1 kemenangan melawan Malaysia
U21 sisanya menderita kekalahan. Gagal di HBT, Indonesia U19 mulai berbenah.
Evan Dimas dan kawan-kawan pun dilepas ke Spanyol untuk menimba ilmu dengan
klub-klub besar seperti Valencia, Barcelona, dan Real Madrid. Lagi, Timnas U19
menderita kekalahan pada tur tersebut. Saya kira wajar apabila menderita
kekalahan karena lawannya pun tim yang levelnya jauh diatas mereka seperti
Valencia B, Barcelona B, dan Real Madrid C. Pulang ke Indonesia, Timnas U19
melakukan pemusatan latihan di Jakarta. Indra Sjafri pun mengumumkan 23 nama
yang akan diberangkatkan ke Myanmar. Saya masih ingat saat itu seorang jurnalis
portal online menanyakan satu hal yang menurut saya sangat penting dan krusial.
Jurnalis menanyakan kenapa Timnas U19 selalu menggunakan formasi yang sama pada
setiap pertandingan dengan formasi 4-3-3. Indra Sjafri pun membalas dengan
santai, ia berujar bahwa itu cuma formasi, tetapi saat bermain di lapangan akan
membuat pola tertentu, lagi pula Timnas U19 juga mempunyai formasi lain yang
masih belum ditampilkan. Mendengar berita itu, saya hanya menghela nafas dan
mencoba berpikir positif, karena hanya Pelatih yang mengetahui peta kekuatan
tim itu sendiri. Saya pun penasaran dan menunggu formasi baru yang akan
diterapkan anak asuh Indra Sjafri itu.
Evan Dimas
berjabat tangan dengan Luis Suarez sebelum pertandingan melawan Barcelona B
Timnas U19 berangkat ke Myanmar dengan dukungan penuh rakyat Indonesia dan percaya diri tinggi. Indonesia satu grup dengan Uzsbekistan, Australia, dan Uni Emirat Arab. Pada pertandingan pertama melawan Uzsbekistan, Timas U19 kalah dengan skor 3-1, gol tunggal Indonesia disumbagkan oleh gelandang enerjik Paolo Sitanggal melalui tendangan indahnya. Saat saya menyaksikan pertandingan tersebut, Timnas U19 bermain sangat jauh dari biasanya pada babak pertama, itu menyebabkan Indonesia kebobolan 2 gol dalam 3 menit. Di babak kedua Indonesia bermain cukup baik, namun tidak mampu megejar ketinggalan. Pada pertandingan kedua melawan Australia, Evan Dimas cs mampu tampil jauh lebih baik ketika melawan Uzsbekistan. Meski begitu, Indonesia sangat sulit untuk memecah kebuntuan, malah Australia yang berhasil menjebol gawang Ravi Murdianto melalui serangan balik, Indonesia pun kalah 0-1. Pupus sudah harapan dan target Timnas U19 menuju ke Piala Dunia. Seluruh pecinta sepak bola nasional pun seakan tidak percaya apa yang telah dilakukan anak-anak U19. Dengan persiapan 1 tahun yang lebih mantap dan begitu banyak uji coba seharusnya Indonesia mampu menunjukkan lebih di Piala Asia ini. Sayang, harapan itu sirna untuk saat ini. Di laga penutup, Timnas U19 bermaksud memberikan hiburan kepada rakyat Indonesia, tapi lagi-lagi Indonesia harus menerima kenyataan bahwa Timnas U19 dikalahkan oleh UEA dengan skor 1-4. Ini merupakan hasil yang sangat tidak terduga, karena pada Tur Timur Tengah, Indonesia mampu mengalahkan UEA 2 kali di kandang mereka. Sulit menentukan apa yang menjadi penyebab kekalahan ini, yang jelas Indonesia U19 gagal total dalam pagelaran Piala Asia U19 di Myanmar tahun ini. Dari peristiwa tersebut, ada beberapa hal yang masih mengganjal di pikiran saya dan seluruh pendukung Timnas Indonesia. Yang pertama, apa yang sebenarnya terjadi dengan Timnas U19? Apa yang menyebabkan gagal totalnya Indonesia pada Piala Asia ini?. Yang kedua, sebenarnya apa dan bagaimana formasi “lain” yang sudah disiapkan Indra Sjafri? Dan kenapa formasi itu tidak dicoba dan masih mengandalkan formasi 4-3-3?. Kedua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang paling banyak diajukan. Saya akan menjawab pertanyaan tersebut dengan mengemukakan pendapat saya pribadi.
Yang pertama, alasan Timnas U19 gagal dalam Piala Asia
ini karena terlalu banyaknya uji coba dan taktik dan formasi timnas U19 selalu
sama. Terlalu banyak tur yang dilakukan menyebabkan stamina punggawa timnas
menjadi tidak stabil, selain itu pertandingan uji coba tersebut disiarkan
secara langsung di stasiun televise swasta, sehingga tim lawan dapat mengakses
dengan mudah kekuatan dan cara bermain timnas U19. Untuk formasi dan strategi,
akan dibahas pada paragraph selanjutnya.
\Yang kedua, Indra yang berujar akan menggunakan
formasi lain selain 4-3-3 pun belum menuntaskan janjinya. Indra selalu
menggunakan formasi dan strategi yang hampir sama di setiap pertandingan,
selain itu tingkat produktivitas gol pun menurun jauh dibandingkan saat Piala
AFF 2013. Kurang solid nya lini pertahanan juga menjadi hal yang paling
diperhatikan, dan banyak pemain U19 yang melakukan kesalahan-kesalahan mendasar
yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Nahkoda
Timnas U19, Indra Sjafri
Sekali lagi, itu hanya menurut pendapat saya. Meskipun
begitu tidak perlu Indra Sjafri dan Timnas U19 disalahkan sepenuhnya, toh Indra
Sjafri telah menciptakan pemain-pemain muda penuh talenta yang akan membuat
Indonesia berada di puncak dunia. Setelah pulang ke Indonesia, Indra Sjafri dan
Timnas U19 dievaluasi, akhirnya Indra Sjafri resmi “diberhentikan” oleh PSSI pada 4 November lalu, dan timnas U19 resmi
dibubarkan. PSSI memberhentikan Indra Sjafri dengan alasan bahwa Indra Sjafri
akan ditambahkan ilmunya agar dapat berkontribusi untuk tim nasional Indonesia
kedepannya. Punggawa timnas U19 pun mulai berpencar dan mencari klub professional.
Saya pikir ini adalah hal yang baik untuk perkembangan pemain-pemain U19.
Indonesia U19 sudah bemain sangat luar biasa, mereka
menunjukkan semangat menolak menyerah sehingga bisa membanggakan Indonesia.
Saya sangat mengapresiasi kinerja Indra Sjafri dengan metode blusukannya.
Jadikanlah kenangan ini sebuah pelajaran, dan buat harri esok menjadi lebih
baik. Bravo Garuda Jaya!!
Bersyukur
setelah mencetak gol, salah satu ciri khas Timnas U19
0 komentar:
Posting Komentar