Rabu, 23 Juli 2014

Sesuatu Yang Hebat



Assalamualaikum wr.wb. Ayo siapa yang engga jawab? Hahaha. Pertama-tama gue mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah untuk seluruh umat Muslim di seluruh dunia!! Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Gue secara pribadi meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian. Maafin juga karena tulisan yang gue post di blog gue ini kadang-kadang suka nyindir ataupun gajelaa hehe. Okay deh, pasti bosen ya liburan engga ngapa-ngapain? Mending simak kisah gue dibawah ini yuk.

Okay kawan-kawan, saat ini masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri. Lebaran identik dengan kue dan makanan khas lebaran, sholat Idul Fitri, silaturahmi, kumpul bersama keluarga ataupun teman dan tentunya yang paling penting THR haha. Di lebaran tahun ini, di rumah gue sudah ada beberapa jenis kue meskipun semuanya mainstream, kaya Nastar, Putri Salju, Kastenggel dan lain-lain. Meskipun begitu gue sangat bersyukur dengan kue-kue itu. Kenapa? Karena itu semua dikasih sama sodara gue hehehe. Tapi bukan berarti gue engga beli kue ya.

Nah, bisanya Ibu-ibu masak makanan khas Idul Fitri seperti Semur, Rendang, Opor Ayam dan lain-lain. Setelah gue telaah lebih dalam, ternyata Ibu-ibu itu masaknya H-1 sampa H-2 lebaran. Kalo lu pada gapercaya, coba aja Tanya ke emak lu masing-masing.  Semua Ibu-ibu pasti khawatir akan kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Ya, penentuan 1 Syawal. Mengapa hal itu bisa terjadi? Gue meneliti itu semua. Dan akhirnya gue pun bisa menemukan jawabannya. Jadi, mayoritas orang-orang berasumsi bahwa 1 Syawal itu sama kaya yang ada di kalender. Nah, coba lu perhatiin kalender lu, perhatiin aja ya jangan naksir atau bahkan lu jadiin pacar. Setiap kalender, pasti ada dua tanggal merah yang menunjukkan lebaran. Contohnya di tahun ini, tanggal 28 dan 29 Juli adalah tanggal merah. Nah, orang awam bisanya menganggap tanggal 28 lah hari lebaran, tapi kenyataanya belum tentu. Ditentukannya oleh siapa? Yap, sidang isbat. Hasil sidang isbat akan disampaikan oleh menteri Agama. Ambilah contoh seperti ini, lu puasa mengikuti aturan pemerintah yaitu tanggal 29 April misalnya. Nah pas sidang isbat penentuan 1 Syawal. Kalo hasil sidangnya nentuin tanggal 28 Mei untuk 1 Syawal, berarti lu puasa selama 29 hari kan? Bukan sebulan? Kalo lu puasanya ngikutin Muhammadiyah yang puasanya tanggal 28 Maret, berarti sebulan. Bener kan? Disini gue bukan pro ke Muhammadiyah dibanding ke pemeritah. Tapi emang kenyataannya begitu. Jadi, gue gatau kalo kita yang puasanya 29 hari mengikuti ketentuan pemerintah bakalan dosa atau engga. Tapi gue berharap si engga ya. Nah, lu pasti bingung, apa hubungannya hasil penelitian gue dengan masakan emak-emak. Jadi, emak-emak suka bingung nentuin tanggalnya yang mana, tapi mayoritas si milih hasil sidang isbat. Coba lu bayangin, lebaran tanggal 29 Mei, emak lu udah masak dari tanggal 26 atau 27 yang berpikiran bahwa lebaran akan jatuh pada tanggal 28 Mei. Emak lu pasti kerepotan. Mulai dari manasin makananya terus-menerus bahkan takut makananya udah engga enak ataupun basi. Hahaha itulah hasilnya. Untuk kalian yang bingung dengan hasil penelitian gue di atas, gue sarankan untuk membacanya berulang-ulang dan jangan terburu-buru. Kalo engga ngerti juga, yah apaboleh buat, lu harus bagi gue THR hahaha. Ngomogin soal THR, gue punya sebuah riset. Riset gue menunjukkan bahwa besarnya usia kita berbanding terbalik dengan THR yang kita dapatkan. Setuju? Di usia gue yang sekarang menginjak 14 tahun ini, gue rasa THR yang gue dapet memang mengalami penurunan dari tahun-ketahun. Tapi ya Alhamdulillah masih lebih dari cukup. Kalo sodara gue yang ngasih si lumayan gede lah. Tapi lain lagi dengan tetangga gue yang ngasihnya dikit atau bisa dibilang pas-pasan. Kenapa? Ada dua faktor. Yang pertama, karena mungkin kita bukan sodara dan jarang ketemu juga. Yang kedua asumsi mereka yang mengira kita udah tua. Kenapa? Ya, mereka ngeliat wajah gue yang nampak seperti perjaka yang ingin dewasa. Gue suka kesel sendiri dengan asumsi seperti itu. Kadang-kadang gue berpikir kenapa juga mereka berasumsi seperti itu. Mereka sudah seharusnya konsisten dan berpegang teguh yang mereka lakukan di tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, tahun 2012 tentangga lo ngasih 25rb, tahun 2013 20rb dan tahun ini 10rb. Itu kan engga konsisten namanya. Mungkin itu lah yang menyebabkan Rupiah terus melemah. Gue gatau itu ngaruh atau engga ya. Mungkin itu juga salah satu yang menyebabkan sistem pendidikan kita yang bobrok.

PERHATIAN!. Tulisan ini tidak menjurus ke hal-hal yang negatif, sekali lagi bukan! Kalo lo belum berumur 14 tahun keatas dilarang baca ini. Beberapa waktu yang lalu sebelum hari raya, gue sama nyokap gue beli baju di sebuah department store di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Katakanlah, itu department store namanya “Bulan”, biar engga menyinggung pihak department store itu. Okay, pertama-tama gue masuk ke Bulan, gue udah merasakan hawa yang engga enak. Engga tau kenapa. Niat gue ke bulan untuk mencari celana jeans dan kaos. Saat gue mencari kaos dan akhirnya ketemu dengan kaos yang gue minatin, gue bertanya ke mba-mba spg-nya. “Mba, kamar pas dimana ya?”, dia jawab “Disana ka, di sebelah kanan kasir”. Gue pun terdiam sejenak. Mba-mba spg itu juga diam dan bingung. Lalu dia berujar “Mau nyoba kaos kan ka? Itu kamar pas-nya di sebelah kanan kasir”. Gue tambah heran. Pemikiran gue sudah jauh kemana-mana.

Yang pertama, kenapa juga ague harus dipanggil “ka” sama mba-mba spg itu? Padahal, fakta membuktikan gue bukan kakaknya dia. Boro-boro kakak kandung, kakak tiri juga bukan. Gue rasa ada alasan dia manggil gue kaya gitu, Dan gue berasumsi bahwa alesannya itu adalah karena kalo dia manggil dengan panggilan yang lebih tua dari “kakak” dia dicap sebagai orang yang tidak menghormati pelanggan. Sebenernya niatnya si baik. Tapi menurut gue itu engga relevan dengan fakta di lapangan. Coba lu bayangin, ada kakek-kakek yang udah engga perjaka tentunya bertanya ke mba-mba spg itu. “Mba celananya ada yang ukuran 36 engga ya?”. Mba-mba spg itu jawab “Oh maaf ka yang ukuran 36-nya sudah habis. Lagian buat apa juga kakak make celana yang ukuran 36, susah tau nyarinya. Mending kakak pake beha aja sana yang udah pasti banyak stoknya!”. Gue yakin kalo dia bilang gitu, dia langsung ditekel sama kakek-kakek itu.

Yang kedua, gue bingung kenapa tempat untuk mencoba pakaian itu disebut kamar pas. Kenapa? Karen ague piker namanya terlalu vulgar untuk diucapkan. Nih gue jabarin, mulai dari kamar. Kenapa harus namanya kamar? Kenapa engga ruangan atau ruang gitu yang sopan dan sesuai. Lalu pas, kenapa juga harus pas? Apa sebenernya kamarnya itu sempit banget? Kenyataanya si emang  kamarnya engga terlalu luas, soalnya kalo terlalu luas itu bukan untuk tempat mencoba pakaian lagi tapi tempat untuk sex party. Nah yang paling parah kalo kedua kata itu dihubungkan, kamar pas. Mungkin saja ada orang yang beranggapan itu adalah tempat untuk melakukan yang bukan-bukan, melakukan hubungan seks contohnya. Mungkin saja. Dan gue coba membayangkan jika gue menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mba-mba spg Bulan yang tadi itu.

Gue                                         : Mba, kamar pas dimana ya?
Mba-mba SPG (MSPG)         : Disana ka, di sebelah kanan kasir.
Gue                                         : Emangnya harus ganti baju di kamar pas ya mba?
MSPG                                     : Iya ka.
Gue                                         : Kenapa engga disini aja ya? Jadi ngeribetin tau mba.
MSPG                                     : Ah kakak, kode ya mau digantiin bajunya sama saya disini? (Muka s***e)

Gue                                         : Oh mba maunya gitu, yaudah di kamar pas aja ya sekalian itu, Iya itu..


Itu adalah percakapan yang jika benar dilakukan oleh kedua orang biadab. 







                      Kapten timnas Jerman, Phillip Lahm mengangkat trofi Piala Dunia 2014




Satu lagi, gue mengucapkan kepada Tim Nasional Jerman yang berhasil merengkuh gelar Piala Dunia ke-empatnya, setelah mengalahkan Argentina di partai puncak dengan skor 1-0. Gol tunggal dilesatkan oleh Mario Gotze. Itu merupakan pertandingan ketiga di partai final Piala Dunia yang menemukan kedua negara setelah final Piala Dunia Meksiko 1986 dan final Piala Dunia Italia 1990, yang masing-masing dimenangkan Argentina dan Jerman. Uniknya, di dua partai final tersebut, kedua tim berhasil meraih gelar juara dunia untuk terakhir kalinya (sebelum Jerman meraih gelar ke-empatnya tahun ini. 





                         Selebrasi pemain Jerman saat merayakan gol tunggal Mario Gotze




Menurut kacamata gue sebagai seorang pelajar, penulis, dan penggemar sepakbola, memang layak jika Jerman memenangi Piala Dunia tahun ini di Brasil. Memang, banyak kejutan yang terjadi di Piala Dunia ini. Mulai dari tim-tim besar yang gagal melewati fase grup sampai kekalahan memalukan Brasil dengan skor 1-7 saat menghadapi Jerman di semifinal. Ya, Piala Dunia kali ini memang tidak berisikan beberapa pemain bintang, dikarenakan cidera, tidak masuk skuad tim nasionalnya masing-masing ataupun negaranya tidak lolos ke Piala Dunia tahun ini. Contohnya adalah Frank Ribery, Radamel Falcao, Theo Walcott, Gareth Bale, Kaka dan yang lainnya. Meskipun begitu, Piala Dunia ini masih sangat seru dibanding Piala Dunia 4 tahun lalu, di Afrika Selatan. Tujuan Piala Dunia bukanlah kompentisi yang berisikian pemain bintang yang saling bersikutan. Namun sebagai alat pemersatu bangsa-bangsa di dunia. Dan satu lagi, yaitu untuk melahirkan pemain  bintang-bintang yang baru. Di Piala Dunia ini banyak melahirkan bintang baru, seperti James Rodriguez, Keylor Navas, Stefan Di Virj dan yang lainnya. Gue rasa gue cukup menyesal. Kenapa? Karen gue membeli jersey Jerman sebelum Piala Dunia yang bintangnya masih 3 hahaha. Eh, sekarang udah nambah 1 jadinya 4-_-. Tapi gapapalah, yang penting jagoan gue di Piala Dunia tahun ini menang, selain Brazil dan Spanyol. Gue seseorang yang sangat menggilai olahraga ini, jadi gaakan habisnya kalo gue bicara soal Piala Dunia. Jadi gue akhiri aja, sekali lagi
 
“Selamat kepada tim nasional Jerman!!”

 



0 komentar:

Posting Komentar